Elena in coffee

Elena in coffee
Untukmu kawan, akan ada secangkir kopi dan obrolan tanpa dusta di rumahku....

Jumat, 20 Agustus 2010

Uang Komputer



Aku memilih untuk menulis malam ini, bukan apa-apa kawan, tak ada hal hebat untuk diceritakan, hanya saja malam ini seorang kawan datang kerumah sambil bawa setumpuk naskah, sambil menaruh seratus ribuan rupiah diatasnya, dia bilang “ uang cair kawan, ini dia “. Tahukah kalian uang apa itu? Ha ha ha, aku sendiri tertawa, bukan uang besar kawan, sekali lagi bukan, tapi bolehlah kukata juga, dia juga bukan uang kecil kawan, kau tak boleh bilang itu uang kecil, tak boleh tak boleh tak boleh ( ipin upin mode on ! ).
Tentu saja itu bukan uang besar, juga bukan pula uang kecil jika kita lihat secara nominal atau nilainya, bagi macam kau yang bergaji 3 jutaan rupiah sebulan, ah itu duit kecil kali lah bang, namun jika kau seorang pengamen dijalan yang ngumpulinnya pake bungkus permen Kopiko dari tangan ke tangan pasienmu yang kadang melengos and pura-pura ga tau bahwa kamu lagi nungguin duitnya untuk jatuh ke bungkus permenmu, wah itu uang besar coy! Betul ga? Betul betul betul…( si ipin muncul lagi ! )
Lalu apa pula yang hendak kau ceritakan ini Medi? Bah, buang waktu aja kau ini !! hei, tak usah sewot kalian, waktu-waktuku sendiri ini, mau kubuang, mau ku sumbangkan, mau ku simpan, terserah aku bukan? Betul ga? ( kali ini si Ipin kukunci di dapur, biar tak bersuara dia, lama-lama pusing and bosen juga dengar kalimat khas nya itu he he he). 
Once upon a time…cia, tambah ngamuk-ngamuk kawanku ini, bertele beribet macam mau cerita kisah 1001 malam lah  Medi ini, he he he, jangan tergesa kawan, tak baik itu, pelan saja yang penting pasti, so before you read this story, first step is take a deep breath…then, ehm ehm sleep !!!!! Tuingggggg, ha ha ha 
Kawanku ini ( kawan yang bawa tuh duit cepek ceng ), anak Surabaya, i mean dia kerja di Surabaya, tinggalnya sih di deket rumahku, ni kawan tiap hari kayak angkot SG  gitu, alias muter balik Surabaya – Gresik saban hari, berangkat dari rumah pagi hari, sore atau malam hari balik sarang, begitu hari-hari dia lalui, tekun, berdikari, konsisten, penuh energi, dan sifat-sifat mulia semacam itu dalam menjalani tugasnya..( aku tulis ini, karena aku tahu dia baca ini, jadi sedikit puji-pujian tentu akan jadi angin segar ditengah belantara tekanan yang dialaminya, klo dia tak baca tulisan ini, bah…secuil pun tak bakal kutulis yang baik-baik tentang dia di catatanku ini, besar kepala nanti dia ha ha ha )
Cerita ini berawal sekitar sebulan lalu, dia tanya ke aku “ kawan, aku ada kerjaan ini, bisa kau kerjakan? Kan kulihat kau ada laptop ma computer di rumah, nah ini ada beberapa lembar tugas temenku Surabaya yang aku tak ada waktu menggarapnya, aku dah janji selesain nih ketikan,bisalah kau bantu kerjainnya? Ada duit ngopinya, mau? “ lalu kujawab aja spontan, “ wah, kebetulan banget ini, aku juga butuh ngelatih jari buat ngetik, setahun bergaul ma ini laptop kecepatan mengetikku masih mengharukan, nah kalo agak ditekan ma kata tugas gini kan, mau tak mau aku mesti selesain tanggung jawab, berapa waktu kau kasih? “. Dia bilang “ aku janji 2 minggu, bisa kau?”, kulihat itu naskah ada 70 halaman yang mesti diketik, kubilang “ bolehlah, dua minggu lagi kau ambil ini file, ok?”, dalam kepalaku 10 hari selesai ini ketikan, sehari 7 lembar masa tak bisa, demikian pikirku.
Nah, mulailah aku susun jam tidur ma jam bangun, satu hari 7 lembar mesti rampung. Buat yang tak mengenal aku, ini seakan deskripsi konyol, apa yang mesti dibahas? Apa yang menarik dari 7 lembar sehari? Satu jam saja kelar, sudah ditutup saja cerita ini!!! Buang-buang waktu ngikutin cerita si Medi ini, sialan !!!!  Tapi bagi yang setiap hari bergaul dan berteman denganku, kata TANGGUNG JAWAB kalo diberikan buat otak dan fisik si Medi, adalah sebuah taruhan serius !!! ( ah, bisa panjang ini cerita kalo mesti nyambung ke “personal profil” ku, jadi kubatasi saja soal 7 lembar sehari itu saja, soal profil tadi next day aja lah…he he he).
Dan benar perkiraanku, dua hari setelah perjanjian serah terima tanggung jawab itu, kawan Surabaya ini sms ke hpku, isinya “ Apa kabar kawan? Bagaimana tugas pengetikannya? Beres aja kan? “ hi hi hi, aku tahu dia sedang bimbang, ini Medi sudah mulai mengerjakan belum ya? Jangan-jangan menyentuhnya saja belum…, kubayangkan  demikian kawanku berfikir. Kujawab smsnya “ beres kawan, kecepatanku mengetik, satu jam dapat 4 lembar, santai saja..” dan segera dia balas “ ok kalau begitu, selamat mengerjakan”, kubayangkan saat membaca pesan di hpnya dariku, dia mengusap dadanya sambil mengucap “ alhamdulillah…” he he he 
Hari demi hari….( membaca kalimat ini mesti dengan intonasi layaknya menyanyikan lagu-lagu Malaysia lho, ya macam Isabela nya Amy Search atau Suci Dalam Debu gitu hi hi hi) akhirnya genaplah tugas suci nan mulia ini. Dua minggu sejak serah terima itu, kuundang kawan Surabaya ku itu, kubilang “ 98% selesai bos, yang 2% bukannya aku malas tapi karena aku tak bisa cara menulisnya, yah..aku kan ndak paham seratus prosen apa aja yang ada dalam Microsoft Word, kau kesinilah bantuin aku untuk finishingnya..”. Dan demi mengetahui benarlah yang kukatakan, semerbak gembiralah wajahnya menerima flash dish itu dariku.
Akhir kisah, datanglah itu duit seratus ribu rupiah, kubagi dua dengan kawan Surabaya ku ini, yang 50 ribu bagianku, kubagi jadi tiga bagian, 21 ribu kubelanjakan untuk beli Marlboro satu bungkus, 2 kaleng Nescafe original dan latte di toserba kecil yang buka 24 jam itu ( aku belinya jam 1 dini hari ), 20 ribu kukasih ke ibuku, dan yang 9 ribu kusisakan untuk mentraktir secangkir kopi buat temanku yang sudah kujanjikan secangkir kopi hari kemaren….

1 komentar:

  1. Yah.. maklum, membangun sebuah kepercayaan memang tidak semudah yang di bayangkan..!! jatahku sumbangin aja buat beli buku..!! ntar kalo ada tak tambahain lagi.. OK..??

    Oya satu lagi.. aku kemarin ngobrol mbek krewul..!! dan sentuhan marxis dalam ideologi dikepalaku adalah pendukung dari Ideologi Nasionalis yg lebih dulu mampir dan jadi dasarnya hingga hari ini. So... kearifan lokal otakku ini ternyata menolaknya apabila serta merta hal itu diterapkan bulat-bulat.

    karena logika otakku sudah menerima salah satu semboyan kawan kriwul, yaitu... teguh dalam berjuang dan fleksibel dalam metode..!!
    Salam...!!

    BalasHapus