Elena in coffee

Elena in coffee
Untukmu kawan, akan ada secangkir kopi dan obrolan tanpa dusta di rumahku....

Selasa, 22 Februari 2011

Tuhan Di Bumi Hari ini



Aku masih ingat, waktu itu sore hari yang biasa, tapi kulihat keponakanku lagi sedih, aku tak perlu bertanya kenapa, orang tuanya lagi ada masalah keuangan kukira kalau mengingat perbincanganku dengan mereka kemarin. Bagi seorang anak 15tahunan, melihat dirumahnya orang-orang lagi bersuara dengan nada tinggi tentu bukan hal yang nyaman untuk didengarkan dan seperti biasa kita alami, masalah manusia sering kali berbanding lurus dengan apa yang mereka namakan uang.
Aku berinisiatif mengajaknya ke pameran buku yang sedang diadakan di sebuah gedung tua di kotaku, kujanjikan padanya akan kubelikan dia sebuah buku karena ku tahu dia dari kecil suka akan buku, dari saat SD dimana buku-buku dikamarnya adalah komik Jepang hingga hari ini dia bahkan sudah memeluk buku “Lapar Negri Salah Urus” karangan Khudori, sebuah buku yang mestinya “terlalu berat” untuk anak SMP, tapi dia bilang buku itu cukup membantu tugas nulis di sekolahnya.
Aku lupa dia beli buku apa hari itu, aku sendiri membeli sebuah buku kecil tapi tebal berwarna biru dengan gambar kepala plontos berkaca mata hitam, tak tahu inspirasi dari mana tetapi judulnya menarik perhatianku. Perdagangan Realitas judulnya, karangan Michael Ridpath terbitan Gramedia tahun 1999. pikirku saat itu “emangnya realitas (yang kupahami sebagai terjemahan dari kenyataan) bisa diperjual belikan?”, kok bisa wong kenyataan jadi komoditas? Yang kutahu yang diperjual belikan itu ya barang dan jasa (sepotong ingatanku soal ekonomi dari pelajaran di sekolah dasar dulu), sedangkan sebuah kenyataan ya kenyataan, bagaimana kita mau beli kenyataan?. Dan karena judulnya provokatif gitu akhirnya kubeli buku itu dan kubaca dirumah.

Nah, saat kemarin temenku cerita kalau dia sekarang menganggur karena adanya pengurangan buruh di pabriknya, dan kata dia alasan pabriknya adalah pabriknya mau bangkrut, apa yang ada dalam buku itu bikin aku nulis ini. Ingin kujelaskan padanya tentang efek dari Neo Liberalisme (yang suka dipakai oleh Orde Baru hingga hari ini dengan istilah manis yang membutakan sebagian besar rakyat Indonesia yaitu Globalisasi), tapi aku kemudian berfikir untuk kapasitas seorang buruh kasar yang biasanya menghabiskan 24 jam hidupnya dengan 8 jam bekerja, 8 jam tidur sebagai istirahat karena capek dan 8 jam sisanya dengan bermimpi dan berkhayal, apakah itu bermain poker, liat bokep, mabuk alcohol hingga memakai sarung kopyah dan mengharap surga dari Tuhan yang bahkan dia tidak mengetahui tentang itu kecuali dari kabar-kabar dari mereka yang berbicara ngelantur dengan bahasa Timur Tengah, kupikir membicarakan Neo Liberalisme dengan teori-teori ekonomi yang ribet tak akan mampu dicernanya dengan baik.
Lalu kugambarkan padanya sebuah cerita yang mungkin akan mudah diterimanya, kukutipkan kalimat dari halaman 9 buku itu, “Tak banyak yang perlu dilakukan untuk menyapu bersih dua puluh miliar dolar dari pasar obligasi dunia. Cukup satu kalimat pendek. Beberapa kata yang dipancarkan serentak ke setiap layar di seluruh ruang transaksi bursa di seluruh dunia: 12 April 14:46 GMT. Ketua Bank Sentral, Alan Greenspan menyatakan bahwa suku bunga di Amerika Serikat terlalu rendah dan tidak normal, dan akan segera naik.”. kukatakan pada temanku ini, 20 miliar dolar amerika jika di rupiahkan sekitar 180 triliun rupiah kan? Nah, si pengarang buku ini, mau bilang bahwa hanya dengan sebuah kalimat pendek diatas, duit yang jumlahnya ratusan triliun tadi hilang. Tentu saja teman satu ini bingung, hilang kemana med? Dicuri kah? Dirampok kah? Dibakar atau gimana? Trus hubungannya ma aku apa?

Aku juga mumet jelasinnya gimana ya? Akhirnya kusederhanakan jadi “katakanlah misalnya kamu punya hutang ma aku 1 juta buat modal usahamu, perjanjiannya kamu bayarnya nyicil selama 10 bulan dan tiap bulan kena bunga 10 persen, otomatis tiap bulan kamu mesti bayar ke aku kan 110 ribu nih, nah misalkan ta bilang di bulan ke tiga karena ada suatu hal maka bunganya naik jadi 50 persen, otomatis kan kamu mesti bayar ke aku tiap bulan 150 ribu, tentu usaha kamu bakal bermasalah bukan? Anggap saja usahamu paling banter dapet cuman 120 ribu tiap bulan, iya klo kemaren masih 110 ribu kamu masih ada sisa 10 ribu buat hidup, lha klo jadi 150 ribu buat bayar hutang, 30 ribu sianya dapet dari mana? Tentu usahamu bakal bangkrut bukan? Nah, dalam skala kecil, ucapanku yang naikin bunga hutangmu jadi 50% tadilah yang menjadikanmu bangkrut, asetmu yang nilainya 1 sekian juta tadi akan kamu jual untuk bayar hutangmu, dan disinilah kata “tersapu bersih” dalam kalimat Michael Ridpath tadi mungkin bisa kau pahami. Nah, katakanlah jika usahamu itu memiliki karyawan 3 orang, otomatis 3 orang tadi jadi pengangguran karena ucapanku tadi bukan? Lalu bisakah kau bayangkan, misalkan jika uang itu 180 triliun rupiah? Ada berapa pabrik yang gulung tikar? Ada berapa ribu atau bahkan juta manusia yang sebelumnya punya pekerjaan menjadi pengangguran? Jika pekerja tadi misalkan punya anak bayi yang mesti memberikan pada anaknya makanan bergizi, lalu berapa juta bayi yang bakal menderita gizi buruk? Jika buruh pabrik tersebut adalah seorang perempuan yang merantau dari desanya untuk mencari uang agar adiknya atau anaknya yang di desa bisa sekolah dan makan, maka berapa juta kemungkinan bahwa angka anak putus sekolah dan pelacur akan bertambah?”
Temanku ini terdiam tak percaya, lalu kemudian dia bilang “masak segitunya Med? Masak ucapan satu orang saja bisa bikin bencana sebegitu besar? Ga mungkin Med ada yang seperti itu!” kujawab, “oke mungkin itu khayalan si pengarang saja, gimana kalau ku bilang misalkan aku pengen beli sebuah perusahaan di Inggris sana, sebuah perusahaan mobil dengan karyawan sebanyak 1000 orang yang bekerja di perusahaan itu, aku punya uang banyak, karena adanya pasar saham, aku cukup beli seluruh saham perusahaan itu karena perusahaan itu termasuk di pasar modal, nah setelah ku beli itu perusahaan kemudian setelah sebulan aku males ngurus itu perusahaan, tidak kujual tetapi hanya aku tutup dan tidak lagi ber operasi, bisa nggak kulakukan itu? Itu kan perusahaanku, mau ku tutup kek, mau ku buka kek, itu urusanku kan? Kamu bisa bayangkan, bahwa aku memegang nasib 1000 orang bukan? Aku lah yang memegang periuk nasi mereka, aku lah yang memegang selimut bayi mereka, aku lah yang menentukan atap rumah mereka, dan dalam titik paling ekstrim bisa kau katakan AKU LAH YANG MEMEGANG HIDUP MEREKA!!! Padahal aku tak mengenal seorang pun dari mereka”
Dia begitu tercengang mendengar omonganku, dia berkata “benarkah dunia seperti itu Med? Benarkah seperti yang kau ceritakan itu?” aku tersenyum, kubilang “ aku mungkin berlebihan dalam berkhayal bagimu kawan, ya mungkin aku tukang khayal, tukang membual, tetapi jika kau tengok tulisan seorang bernama David Harvey dalam bukunya Neo Liberalisme dan Restorasi Kelas Kapitalis di halaman 56 bahwa asset dari tiga orang milyuner lebih besar dari total pendapatan 600juta orang, mungkin bualanku tadi tidaklah bualan tanpa dasar”….


Saat kita kecil, kita mendengar raja-raja dunia yang ingin disembah dan berlagak jadi Tuhan di Bumi, apakah itu Fir’aun, Namrud, bahkan raja-raja Jawa senang menggelari dirinya dengan gelar yang berarti pemangku semesta, tonggak nya bumi seakan dengan gelar itu mereka menisbahkan dirinya sebagai penguasa bumi, bahwa laju dunia dan semesta harus seijinnya, maka hari ini kuceritai kalian tentang khayalanku bahwa Fir’aun – Fir’aun tadi telah bermutasi menjadi lebih cerdas, lebih samar, lebih menawan, lebih luas kekuasaannya atas jutaan jiwa manusia lain, bahwa merekalah sesungguhnya yang menjadi TUHAN di Bumi Hari ini…


Salam.




Sabtu, 18 Desember 2010

Perempuan dan Islam

Seorang temanku kemarin bertanya kepadaku “ cak Medi, kata dosenku Islam adalah agama yang memuliakan perempuan, benar ta cak? Padahal di Islam poligami dibolehkan, lalu perbuatan poligami apa yo bisa dikategorikan masuk ke memuliakan perempuan?”
Sebentar aku diam, lalu kujawab “ bukannya tak bisa kujawab pertanyaanmu itu dengan jawaban ya benar atau tidak itu salah, tapi mari kita berkeliling berputar-putar di banyak sudut lalu mungkin kau bisa memilih jawaban atas pertanyaanmu itu sendiri.”
Nah, inilah jawabanku…
Apakah Islam memuliakan perempuan? Akan banyak perdebatan disini jika kujawab langsung, dan karena ada sebuah agama kau bawa maka kemungkinan perdebatan ini menjadi “menyakitkan” adalah sebuah kemungkinan yang besar karena perbincangan untuk menilai satu hal dari agama (terlebih di Indonesia) adalah termasuk sensitif.
Gimana kalo kujawab Islam memuliakan sosok ibu. Ada perdebatan disini? Mungkin tidak, tapi mungkin juga ada tapi lebih minimal bukan? Aku tak perlu menuliskan ayat-ayat dalam Alqur’an maupun hadist-hadist umat islam tentang hal ini, tapi kukira sepanjang yang kuketahui, tak ada satu butir dalam ajaran islam yang memperbolehkan menghinakan ibu. Bahkan saat berselisih pendapat di titik yang paling fundamental pun (aqidah), paling jauh yang diijinkan oleh islam adalah meninggalkannya dengan ma’ruf atau dengan cara yang baik dalam arti tidak menyakiti baik secara fisik, verbal maupun bentuk yang lain. Apakah jawabanku ini mencukupi untukmu kawan? Ataukah belum?
Tak puas rupanya kau, kau tetap gigih menanyakan pertanyaan awal tadi rupanya. Untuk pertanyaanmu ini, aku memilih diam. Bukan berarti aku tak bisa, tapi salah satu jawabanku aku khawatir akan menyakiti kawan-kawanku, dan aku yakin jawaban ini juga akan membawa pada menyakiti teman-temanmu juga. Untuk mereka yang tidak memandang bahwa islam adalah satu-satunya kebenaran, bahwa islam adalah hanyalah sebuah tawaran jalan pemikiran, bahwa kebenaran mutlak yang didengungkan agama itu tidaklah ada tetapi bahwa kebenaran adalah dialektika, jawaban bahwa islam memuliakan perempuan adalah sebuah pandangan buta tanpa melihat realitas dan tanpa landasan berfikir yang obyektif. Adanya kebolehan lelaki untuk menikahi lebih dari satu perempuan sementara perempuan dilarang yang sebaliknya, kebolehan hak lelaki untuk melakukan tindakan fisik (pemukulan) atas perempuan (suami terhadap istri) jika dia bersalah dengan perkataan “asalkan tidak di wajah dan dengan lembut” sementara hak demikian tidak ada pada perempuan, kiranya sedikit dari contoh jawaban mereka. Dari pandangan mereka yang gigih memperjuangkan hak-hak perempuan atas sistem patriarki, akan bisa kau lihat bahwa pertanyaanmu itu akan menemui satu jawaban bulat, TIDAK!!
Sementara, bagi mereka yang meyakini bahwa kodrat lelaki adalah lebih mulia dibandingkan perempuan, mereka yang meyakini bahwa perempuan adalah diciptakan dari bagian tubuh lelaki, mereka yang meyakini bahwa kedudukan lelaki dengan perempuan memanglah demikian karena demikianlah yang mereka fahami dari teks dalam kitab suci, hadist serta riwayat orang-orang salih, dan bahkan mereka yang mengamini poligami dengan berbagai macam dalil “asalkan adil, asalkan istri rela, asalkan berniat baik untuk mengangkat derajat perempuan ke titik yang lebih baik (????)” dsb, bahwa islamlah yang melarang pembunuhan atas anak perempuan sebagai adat arab jahiliyah, serta banyak hal-hal yang senada itu, maka jawaban atas pertanyaanmu pun akan menemui satu kebulatan, IYA!!!!
Kau pun tetap kukuh menanyakan “lalu, yang benar yang mana cak? Benar atau tidak?”
Ah kawan, jawaban apa yang mesti kuberikan untukmu? Aku khawatir menyakitimu, aku takut kau menyakiti teman-temanmu lalu menjadikanmu dijauhi mereka, menjadikanmu terkucil, aku khawatir jawaban pragmatis hanya akan membawamu memanen banyak musuh, padahal aku berharap kau memiliki banyak teman agar kau bisa belajar banyak dari manusia-manusia disekitarmu, meski pelajaran itu adalah kesalahan dimana kau belajar untuk menghindarinya agar tidak ikut terjerembab.
Bukan berarti aku tak punya keyakinan, aku memilih meyakini sesuatu, dan menerima konsekuensi atas pilihanku. Aku menyukai kemanusiaan, dan segala hal yang menyelisihi memuliakan manusia, menghinakan manusia, menindas manusia, aku memilih berseberangan dengan itu.
Aku menjawab pertanyaanmu dengan jawaban “aku pribadi, tidak menilai manusia dari jenis kelamin, warna kulit, darah, bangsa ataupun yang semacam itu, tetapi nilai manusia itu terletak di perbuatannya, jika dia berbuat baik apapun dia itu, maka kebaikan pula menjadi haknya, jika dia menyakiti, merugikan yang lain apapun dia, kiranya hukumanlah yang menjadi haknya”
Terhadap mereka yang bertanya seperti pertanyaanmu tadi, mungkin bisa kita tawarkan bagaimana jika belajar melihat bahwa setiap perempuan adalah ibu, bakal ibu, bahwa kita hari ini tidak akan ada tanpa adanya ibu kita, tanpa adanya perempuan. Dengan memandang seperti itu, mungkin tanpa harus bersandar dalil-dalil kita bisa belajar menghargai mereka yang kita sebut perempuan. Kata cewek, gadis, wanita, janda, dll jika kita tanam dalam otak kita bahwa mereka adalah ibu dan bakal ibu mungkin akan membawa perubahan mendasar bagi kita untuk melihat persoalan ini. Dan untuk menjawab mereka yang setuju dan mendukung poligami, coba tanya ke mereka “ berarti kamu sepakat yo nek ayahmu kawin lagi?”……

Untuk kawan kecilku, makasih atas pertanyaannya….
( dan semoga buku Perempuan Di Titik Nol yang kau pinjam bisa bermanfaat tentunya..)


Minggu, 10 Oktober 2010

Asal-usul Penindasan Perempuan ( Bagian 2, Habis )




Kepemilikan Pribadi dan Patriarki

Tergesernya kaum perempuan dari lapangan produktif ini terjadi dalam konteks berkembangnya kepemilikan pribadi. 
Dengan semakin bergesernya proses produksi menjadi sebuah proses perorangan, maka unit pengaturan masyarakat pun berubah. Jika tadinya unit pengaturan masyarakat yang terkecil adalah suku maka kini muncullah sebuah lembaga baru, yakni keluarga. 
Hampir di tiap masyarakat yang terhitung primitif konsep tentang keluarga tidak dikenal. Penelitian arkeologis telah menemukan berbagai bentuk sistem reproduksi masyarakat komunal seperti ini. Seperti nyata di tengah masyarakat Zulu, di Afrika, di mana tiap waktu tertentu diadakan satu upacara di mana kaum perempuan memilih pasangannya untuk jangka waktu sampai upacara berikutnya diadakan. Suku-suku Afrika yang lain, semacam orang-orang Bush, menganut sistem di mana seorang perempuan adalah istri dari semua laki-laki yang ada di suku tersebut, sementara seorang laki-laki adalah suami dari semua perempuan di sukunya. Suku-suku aborigin Australia menganut sistem silang-suku, di mana mereka mengenal suku-saudara. Seorang perempuan aborigin adalah istri dari semua laki-laki dalam suku-saudara mereka, demikian sebaliknya yang terjadi dengan tiap laki-laki dalam suku tersebut. 
Oleh karena pola reproduksi yang komunal semacam ini, garis keturunan seseoang hanya dapat dilihat dari siapa ibunya. Dari sinilah sebab mengapa dalam masyarakat primitif hanya dikenal garis matrilineal. Ini nampak nyata dalam asal-usul kata "gen" atau "genetik" itu sendiri, yang berasal dari kata kuno bangsa Arya gan atau kan yang artinya "kelahiran" atau "kehamilan". Jadi, "keturunan" merupakan satu bentuk yang sangat bernuansa perempuan pada awalnya. 
Namun demikian, garis matrilineal ini tidaklah berarti apa-apa selain penentu apakah seseorang dapat digolongkan sebagai "orang kita" atau bukan. Dalam makna yang lebih luas, apakah ia setelah dewasa akan dapat memperoleh tempat dalam Dewan Suku dan ikut mengambil keputusan-keputusan penting. Jadi, pada masa itu tidaklah dikenal Matriarki. Perempuan dan laki-laki benar-benar setara kedudukannya di tengah masyarakat. 
Namun, pertanian mengubah semua itu.
Di atas kita telah melihat bahwa peranan perempuan perlahan-lahan tergusur dari lapangan produktif ke lapangan domestik. Pada awalnya ini adalah satu proses yang diterima baik oleh kaum perempuan karena pembagian kerja seperti ini dapat secepatnya meningkatkan hasil yang dapat diperoleh dari lapangan produksi itu sendiri. Dengan sukarela kaum perempuan menyerahkan tempatnya di lapangan produksi demi satu pembagian tugas yang akan meningkatkan hasil produksi setinggi-tingginya. 
Yang tidak dapat dilihat oleh kaum perempuan masa itu adalah peranan kepemilikan pribadi dalam menempa sebuah sistem masyarakat. 
Dalam hal ini, karena proses produksi telah menjadi sebuah proses perorangan, maka alat-alat produksi juga menjadi milik perorangan. Sistem kepemilikan suku atas alat-alat produksi semakin lama semakin pudar. Dan bersamaan dengan itu, kepemilikan atas hasil produksi juga berubah dari kepemilikan bersama menjadi kepemilikan perorangan.
Dan karena perempuan telah menyerahkan tempat mereka dalam lapangan produksi kepada laki-laki, maka kepemilikan atas alat-alat produksi itu kemudian juga jatuh kepada laki-laki. Dan karena kepemilikan atas alat produksi itu jatuh pada laki-laki, kepemilikan atas hasil produksinya juga jatuh ke tangan laki-laki.
Berikutnya, ketika kita bicara tentang bagaimana menjaga dan mengatur pembagian hasil produksi ini, siapakah yang berhak mengambil keputusan? Tentunya, karena merekalah yang bergiat di lapangan produksi, hak inipun jatuh pada laki-laki. 
Ketika hak untuk mengambil keputusan dalam masyarakat telah secara eksklusif dipegang oleh kaum laki-laki, bangkitlah patriarki. 
Perlahan-lahan, setelah proses ini berlangsung ratusan tahun, orangpun melupakan asal-usul pergeseran ini dan hak waris dari garis laki-laki kemudian terlembagakan. Demikian pula seluruh sistem nilai dalam masyarakat yang semula menjunjung tinggi kesamaan antara laki-laki dan perempuan kini tergeser dan tergantikan oleh sistem nilai di mana laki-laki berkuasa atas perempuan. 
Salah satunya nampak dalam sistem kepercayaan, yang merupakan salah satu sistem nilai yang paling tua umurnya dalam sejarah manusia. "Agama-agama" paling kuno, seperti dinamisme atau animisme, sama sekali tidak membagi dewa-dewa mereka sebagai laki-laki atau perempuan. Bagi mereka, masalah jenis kelamin ini sama sekali tidak penting. Agama-agama yang muncul kemudian telah mulai membagi kekuatan-kekuatan supranatural ini menjadi dewa (laki-laki) dan dewi (perempuan). Namun di antara keduanya sama sekali tidak nampak perbedaan kekuasaan yang mencolok. Agama orang-orang Yunani, misalnya, sekalipun menempatkan Zeus (laki-laki) sebagai pemimpin tertinggi, namun ia seringkali tidak dapat menghalangi apa yang dimaui oleh istrinya, Hera. Untuk hampir tiap masalah, selalu ada pasangan dewa dan dewi yang menaunginya, seperti Athena-Aries (perang), Cupid-Venus (cinta), dll. Apollo jelas laki-laki, namun objek yang dinaunginya yakni matahari selalu harus menyerah pada bulan yang dilindungi oleh Artemis ketika malam tiba. Bahkan Apollo dan Artemis adalah kakak-beradik. Baru pada agama-agama monotheis-lah kekuatan supranatural tertinggi dilekatkan pada laki-laki, seperti yang nampak pada anggapan kebanyakan penganut monotheis mengenai apakah Tuhan adalah laki-laki atau perempuan. 

Kemungkinan-kemungkinan untuk Pembebasan Perempuan

Di atas kita dapat melihat bahwa penempatan perempuan pada posisi kelas dua dalam masyarakat berawal dari tergesernya peranan kaum perempuan dalam lapangan produksi. Dan, pada gilirannya, tergesernya peran ini adalah akibat dari tingkatan teknologi masa itu yang tidak memungkinkan kaum perempuan untuk memasuki lapangan produksi. 
Posisi kelas dua ini diperkukuh oleh sistem kepemilikan pribadi, yang pada gilirannya memunculkan diri dalam berbagai prasangka, sistem nilai dan ideologi yang menegaskan paham keunggulan laki-laki dari perempuan. 
Karena ketertindasan perempuan berawal dari sebuah perjalanan sejarah yang objektif maka upaya pembebasan perempuan dari posisi yang ditempatinya sekarang ini harus pula menemukan kondisi objektif yang memungkinkan dilakukannya pembebasan tersebut. Kondisi itu adalah kembalinya kaum perempuan ke lapangan produksi kolektif
Kondisi ini sesungguhnya telah diwujudkan oleh kapitalisme. Kapitalisme, yang mengandalkan mesin sebagai alat produksinya yang utama, telah memungkinkan kaum perempuan untuk kembali berkarya di bidang produksi kebutuhan masyarakat. Bahkan, sekarang ini, jika kita melihat di kota-kota besar, sudah jarang sekali ada kaum perempuan yang tidak memberikan sumbangan bagi perolehan kebutuhan hidup keluarganya. 
Lagipula, kapitalisme telah membuat sistem produksi menjadi semakin lama semakin kolektif. Sepasang sepatu NIKE, misalnya, adalah buah karya ratusan, bahkan ribuan, orang dari berbagai negeri. Hampir tiap barang yang kita pergunakan untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari merupakan hasil kerja ratusan bahkan ribuan orang. Ini semua adalah pertanda bahwa sistem produksi komunal semakin hari semakin berjaya kembali. 
Dapatlah kita lihat bahwa perkembangan kondisi objektif ini telah menghasilkan ruang yang sangat terbuka bagi perempuan. Gerakan emansipasi perempuan telah berkembang bersamaan dengan masuknya perempuan-perempuan ke pabrik-pabrik. Kini perempuan telah berhak turut serta dalam berbagai bidang pekerjaan. Kebanyakan perempuan juga telah bebas untuk memilih jalan hidupnya sendiri, termasuk memilih pasangan hidup. 
Namun demikian, kondisi objektif ini tidak dapat berkembang menjadi pembebasan perempuan yang sepenuh-penuhnya karena sistem nilai yang ada di tengah masyarakat masih merupakan sistem nilai yang mendukung adanya peminggiran terhadap peran perempuan. 
Kita dapat melihat bahwa pekerja perempuan kebanyakan diupah jauh lebih rendah daripada pekerja laki-laki. Dan ini bukan terjadi di pabrik-pabrik saja. Demikian pula yang terjadi di banyak kantor-kantor, bahkan di kalangan industri perfilman di mana aktris biasanya digaji lebih rendah daripada aktor. 
Masih dalam bidang pekerjaan, kita tahu bahwa bidang-bidang tertentu masih diposisikan sebagai "bidangnya perempuan". Seorang sekretaris, misalnya, haruslah cantik dan memiliki bentuk tubuh yang "menarik". Banyak orang masih meremehkan seorang perempuan yang bercita-cita dan berusaha keras untuk, misalnya, menjadi seorang pilot.
Ini berkaitan erat dengan masih dijadikannya perempuan sebagai simbol seksual dalam masyarakat. Penilaian utama terhadap seorang perempuan diletakkan pada apakah ia "cantik", "seksi" atau bentuk-bentuk penilaian fisik lainnya. Sesungguhnya, penilaian inipun sangat bergantung pada masyarakatnya karena apa yang "cantik dan seksi" untuk satu jaman belum tentu demikian untuk jaman lainnya. Dan pada titik ekstrimnya, kita melihat pelacuran sebagai bentuk eksploitasi puncak terhadap perempuan karena di sini bukan saja tenaganya yang dieksploitasi melainkan juga moral dan intelektualitasnya. 
Di tengah masyarakat kita telah pula berkembang gerakan anti-emansipasi perempuan. Banyak bentuk yang diambil oleh gerakan ini, namun pada intinya gerakan ini berusaha mengembalikan posisi perempuan menjadi posisi terpinggirkan. Perempuan hendak dikembalikan pada posisi tidak turut dalam pengambilan keputusan, bahkan hendak dibatasi kembali ruang geraknya.
Sebaliknya, banyak pula dari kaum perempuan yang telah lolos dari jerat pembatasan-pembatasan, ternyata justru berbalik ikut membatasi gerak, bahkan turut menindas, kaum perempuan lainnya. Telah banyak pemimpin perempuan di muka bumi ini, tapi berapa banyak dari mereka yang berjuang untuk membebaskan kaum perempuan dari keterpinggiran dan keterbelakangan? Telah banyak pula manajer dan direktur perempuan di dalam perusahaan-perusahaan, tapi berapa banyak dari mereka yang berjuang agar buruh-buruh perempuan di pabriknya mendapatkan seluruh hak mereka sebagai perempuan? 
Contoh paling kongkrit kita dapatkan di negeri sendiri. Presiden Megawati adalah seorang perempuan, namun sampai saat ini tidak satupun konvensi PBB yang memberikan perlindungan terhadap perempuan yang diratifikasi oleh Indonesia. Padahal, tindakan meratifikasi konvensi PBB adalah termasuk langkah politik yang moderat. Ia juga telah memotong berbagai subsidi barang-barang kebutuhan hidup. Pemotongan subsidi ini pasti memukul langsung nasib kaum perempuan Indonesia yang sampai saat ini masih terus terbelit dalam kungkungan tembok-tembok domestik. 
Di atas telah kita lihat bahwa masih ada satu faktor lagi yang mengukuhkan ketertindasan perempuan: kepemilikan pribadi.
Kepemilikan pribadi tumbuh dari sebuah proses produksi yang perorangan, di mana seluruh barang kebutuhan dihasilkan oleh perorangan. Di bawah kapitalisme halnya tidak lagi demikian. Barang kebutuhan hidup telah dihasilkan secara komunal, secara kolektif. Namun, hasil produksi yang komunal ini masih dikangkangi secara pribadi, secara perorangan. 
Dan oleh karena sistem kepemilikan pribadi masih berjaya, maka seluruh sistem nilai yang mendukung kepemilikan pribadi itu akan ikut berjaya pula. Dan kita tahu bahwa sistem nilai yang mendukung kepemilikan pribadi adalah juga sistem nilai yang mendukung peminggiran terhadap kaum perempuan. 
Oleh karena itu, perjuangan pembebasan terhadap perempuan tidaklah dapat dilepaskan dari perjuangan untuk mengubah kendali atas proses produksi (dan hasil-hasilnya) dari tangan perorangan (pribadi) ke tangan masyarakat (sosial). Sebaliknya, pengalihan kendali ini tidak akan berhasil jika kaum perempuan belumlah terbebaskan. Tidaklah mungkin membuat satu pengendalian produksi (dan pembagian hasilnya) secara sosial jika kaum perempuan, yang mencakup setidaknya setengah dari jumlah umat manusia, tidaklah terlibat dalam pengendalian itu. 
Di sinilah kita dapat menarik satu kesimpulan: perjuangan pembebasan perempuan akan berhasil dengan sempurna jika ia disatukan dengan perjuangan untuk mencapai sosialisme. Dan sebaliknya, perrjuangan untuk sosialisme akan juga berhasil dengan sempurna jika perjuangan ini menempatkan pembebasan perempuan sebagai salah satu tujuan utamanya. Kedua perjuangan ini tidak boleh dipisahkan, atau yang satu didahulukan daripada yang lain. Keduanya harus berjalan bersamaan dan saling mengisi.
Hanya dengan demikianlah kaum perempuan akan dapat dikembalikan pada posisi terhormat dalam masyarakat - sejajar dengan laki-laki dalam segala bidang kehidupan: ekonomi, sosial dan politik.

Catatan :
Tulisan ini adalah materi diskusi salah satu Organisasi Mahasiswa yang saya ikuti

Rabu, 06 Oktober 2010

Asal-usul Penindasan Perempuan ( Bagian 1 )





Asal-usul Penindasan Perempuan

Perempuan berderajat lebih rendah daripada laki-laki - inilah anggapan umum yang berlaku sekarang ini tentang kedudukan kaum perempuan dalam masyarakat. Anggapan ini tercermin dalam prasangka-prasangka umum, seperti "seorang istri harus melayani suami", "perempuan itu turut ke surga atau ke neraka bersama suaminya", dll. Prasangka-prasangka ini mendapat penguatan dari struktur moral masyarakat yang terwujud dalam peraturan-peraturan agama dan adat. Lagipula, sepanjang ingatan kita, bahkan nenek-moyang kita, keadaannya memang sudah begini.
Tapi anggapan ini adalah anggapan yang keliru. Para ahli antropologi sudah menemukan bahwa keadaannya tidaklah selalu demikian. 
Dalam masyarakat Indian Iroquis, misalnya, kedudukan perempuan dan laki-laki benar-benar setara. Bahkan, semua laki-laki dan perempuan dewasa otomatis menjadi anggota dari Dewan Suku, yang berhak memilih dan mencopot ketua suku. Jabatan ketua suku dalam masyarakat Indian Iroquis tidaklah diwariskan, melainkan merupakan penunjukan dari warga suku melalui sebuah pemilihan langsung yang melibatkan semua laki-laki dan perempuan secara setara. Keadaan ini berlangsung sampai jauh ke abad ke 19. 
Dalam masyarakat Jermania, ketika mereka masih mengembara di luar perbatasan dengan Romawi, berlaku juga keadaan yang sama. Kaum perempuan mereka memiliki hak dan kewajiban yang setara dengan kaum laki-lakinya. Peran yang mereka ambil dalam pengambilan keputusanpun setara karena setiap perempuan dewasa adalah juga anggota dari Dewan Suku.
Demikian pula yang berlaku di tengah suku-suku Schytia dari Asia Tengah. Di tengah mereka, bahkan perempuan dapat diangkat menjadi prajurit dan pemimpin perang. 
Namun jika kita cermati lebih lanjut, masyarakat-masyarakat di mana kedudukan perempuan dan laki-laki benar-benar setara ini adalah masyarakat nomaden, yang mengandalkan perburuan dan pengumpulan bahan makanan sebagai sumber penghidupan utama mereka. Suku-suku Indian Iroquis sudah mulai bertanam jagung, namun masih dalam bentuk sangat sederhana. Demikian pula yang berlaku di tengah masyarakat Jermania dan Schytia. Pertanian, bagi mereka, hanyalah pengisi waktu ketika hewan-hewan buruan mereka sedang menetap di satu tempat. Data-data arkeologi bahkan menunjukkan bahwa pertanian primitif ini hanya dikerjakan oleh kaum perempuan sebagai pengisi waktu senggang, dan tidak dianggap sebagai satu hal yang terlalu penting untuk dapat dikerjakan oleh seluruh suku secara bersama-sama. 
Namun, ketika berbagai masyarakat manusia menggeser prikehidupannya ke arah masyarakat pertanian, seluruh struktur masyarakatpun berubah. Termasuk di antaranya hubungan antara laki-laki dan perempuan. 
Pertanian dan Bangkitnya Patriarki
Berlawanan dengan pandangan umum tentang bangkitnya masyarakat pertanian, umat manusia tidaklah dengan sukarela memeluk pertanian sebagai cara hidup. Biasanya, orang beranggapan bahwa manusia mulai bertani ketika mereka menemukan daerah-daerah subur yang cocok untuk bertani. Namun, data-data arkeologi dan antropologi menunjukkan bahwa manusia mulai bertani ketika mereka terdesak oleh perubahan kondisi alam, di mana kondisi yang baru tidak lagi memberi mereka kemungkinan untuk bertahan hidup hanya dari berburu dan mengumpul bahan makanan.
Peradaban pertanian yang pertama kali muncul adalah peradaban Sumeria dan Mesir. Keduanya lahir dari terdesaknya suku-suku manusia yang mengembara di dataran padang rumput yang kini dikenal sebagai Afrasia. Padang rumput kuno yang kini sudah musnah ini membentang dari daerah pegunungan Afrika Timur melalui Arabia sampai pegunungan Ural di Asia Tengah. Sekitar 8.000 - 11.000 tahun yang lalu, ketika Jaman Es terakhir telah berakhir, padang rumput ini mengalami ketandusan akibat perubahan iklim. Ketandusan ini berawal dari daerah Arabia dan meluas ke utara dan selatan. Bersamaan dengan mengeringnya padang rumput ini, hewan-hewan buruan akan berpindah mencari tempat yang masih subur. Para pemburu dan pengumpul yang mengikuti hewan buruan ke utara akhirnya bertemu dengan lembah sungai Efrat dan Tigris, sementara yang ke selatan bertemu dengan lembah sungai Nil. Pada masa itu, sebuah lembah sungai merupakan medan yang tak tertembus oleh manusia, contoh modern dari lembah-lembah sungai yang masih perawan seperti ini dapat kita lihat di Papua. Karena terjepit antara dua keadaan yang berbahaya bagi kelangsungan hidup mereka, kelompok-kelompok pemburu dan pengumpul ini akhirnya memutuskan untuk bergerak memasuki lembah-lembah sungai ini dan berusaha menaklukkannya - setidaknya, di lembah-lembah sungai ini masih tersedia air. 
Proses penaklukan ini pasti berjalan dengan amat beratnya karena peralatan yang mereka miliki, pada awalnya, hanyalah peralatan untuk berburu. Kini mereka harus menciptakan improvisasi bagi alat-alat mereka supaya dapat digunakan untuk membersihkan lahan. Karena peralatan mereka yang primitif itu, proses pembukaan lahan ini dapat berlangsung beratus tahun lamanya. Sementara jarang ada binatang buruan yang akan mengikuti mereka memasuki lembah-lembah sungai itu. Mereka dihadapkan pada keharusan untuk menemukan sumber makanan lain.
Dan di saat inilah, menurut data arkeologi, kaum perempuan muncul sebagai juru selamat. Mereka menggunakan ketrampilan mereka untuk mengolah biji-bijian menjadi tanaman untuk mendapatkan bahan makanan bagi seluruh komunitas. Apa yang tadinya hanya pengisi waktu senggang kini menjadi sumber penghidupan utama seluruh masyarakat. 
Keharusan manusia untuk menemukan cara-cara baru untuk mempertahankan hidupnya membuat perkembangan teknologi berlangsung dengan pesat di tengah masyarakat pertanian, jika dibandingkan dengan perkembangan teknologi dalam masa-masa sebelumnya. Dengan perkembangan teknologi ini, apa yang tadinya hanya dapat dikerjakan bersama-sama (komunal) kini dapat dikerjakan secara sendirian (individual). Proses untuk menghasilkan sumber penghidupan kini berangsur-angsur berubah dari proses komunal menjadi proses individual. 
Dan, hal yang paling wajar ketika pekerjaan sudah dilakukan secara individual adalah bahwa hasilnya kemudian menjadi milik individu (perorangan). Pertanian memperkenalkan kepemilikan pribadi pada umat manusia. 
Di samping itu, pertanian sesungguhnya menghasilkan lebih banyak daripada berburu dan mengumpul. Tiap kali panen, manusia menghasilkan jauh lebih banyak daripada yang dapat dihabiskannya. Dengan kata lain, pertanian memperkenalkan hasil lebih pada pri-kehidupan manusia. 
Namun, hasil lebih ini tidaklah muncul secara kontinyu, melainkan dalam paket-paket. Sekali panen, mereka mendapat hasil banyak, namun hasil itu harus dijaga agar cukup sampai panen berikutnya. Hal ini menumbuhkan keharusan untuk menjaga dan membagi hasil lebih ini. Melalui proses ratusan tahun, kedua keharusan ini menumbuhkan tentara dan birokrasi. Dengan kata lain, pertanian memperkenalkan Negara pada pri-kehidupan manusia. 
Sekalipun berlangsung berangsur-angsur selama ratusan tahun, pada satu titik, perubahan-perubahan kecil ini menghasilkan lompatan besar pada pri-kehidupan manusia. Terlebih lagi setelah pertanian diperkenalkan, baik melalui penaklukan atau melalui proses inkulturasi, pada peradaban-peradaban lain di seluruh dunia. 
Dan salah satu perubahan penting ini terjadi pada pembagian peran antara laki-laki dan perempuan. 
Pertama, pertanian pada awalnya membutuhkan banyak tenaga untuk membuka lahan karena tingkat teknologi yang rendah. Hanya dari proses ekstensifikasi (perluasan lahan)-lah pertambahan hasil dapat diperoleh. Oleh karena itu, proses reproduksi manusia menjadi salah satu proses yang penting untuk mendapatkan sebanyak mungkin tenaga pengolah lahan pertanian. Aktivitas seksual, yang tidak pernah dianggap penting, bahkan dianggap beban, di tengah masyarakat berburu dan mengumpul, kini menjadi satu aktivitas yang penting. Dewi Kesuburan merupakan salah satu dewi terpenting di tengah masyarakat pertanian, bukan hanya berkenaan dengan kesuburan tanah melainkan juga tingkat kesuburan reproduksi perempuan. 
Dan sebagai akibat logis dari keadaan ini kaum perempuan semakin tersingkir dari proses produktif di tengah masyarakat. Waktunya semakin lama semakin terserap ke dalam kegiatan-kegiatan reproduktif. 
Kedua, teknologi pertanian yang maju semakin pesat ini ternyata malah membuat aktivitas produksi di sektor pertanian menjadi semakin tertutup buat perempuan. Penemuan arkeologi menunjukkan bahwa ditemukannya bajak (luku) telah menggusur kaum perempuan dari lapangan ekonomi. Bajak merupakan alat pertanian yang berat, yang tidak mungkin dikendalikan oleh perempuan. Terlebih lagi bajak biasanya ditarik dengan menggunakan tenaga hewan ternak, di mana pengendalian terhadap ternak memang merupakan wilayah ketrampilan kaum laki-laki. Intrusi (mendesak masuknya) peternakan ke dalam pertanian telah membuat ruang bagi kaum perempuan, yang keahliannya hanya dalam bidang pertanian, semakin tertutup. 
Karena perempuan semakin tidak mampu bergiat dalam lapangan produksi, maka iapun semakin tergeser ke pekerjaan-pekerjaan domestik (rumah tangga). Dan ketika perempuan telah semakin terdesak ke lapangan domestik inilah patriarki mulai menampakkan batang hidungnya di muka bumi. 

Jumat, 24 September 2010

WIB GMT AMERIKA 1111

Jadinya kayak apa yo nek nulis karepe dewe ga ada kepentingan apapun selain diri sendiri?

mungkin layak dicoba...

ini jam 3 59 wib, aku pernah baca tulisan seorang entah penulis entah wartawan, yang jelas dia penulis. Lha dia ini ndak suka nek ditulisan itu ada kata wib nya jika semua sudah tahu itu kejadian di Jakarta misalnya, seingatku dia bilang " ini soal style, saya biasa ngajar nulis, dan kata wib itu ndak usah dicantumin jika sudah jelas dia di indonesia bagian barat !!" begitu yang kuingat.

Lalu masalahnya apa med? Lho, yang bilang masalah itu sapa? aku cuman nemu hal baru aja, aku kan ndak pernah sekolah nulis, jadi ndak tahu ada acara gituan, yang kutahu soal waktu yang dibagi-bagi itu ya bekal dari sekolah sd sampe sma, aku tahu indonesia punya 3 waktu, yaitu barat tengah dan timur. Yang kurasakan ya cuman tengah ma barat aja, cause ngerasain tengah ya saat di bali, cause di warning, nek lupa nambah 1 jam ntar meleset jadwal pesawat yo nangis. Waktu di dayak, aku terjauh di palangkaraya, itu juga wib, ntah ndayak mana yang wita aku ga tahu n hari ini belum pengen tahu jadi ndak search apa-apa soal ini.

Beranjak sma, aku paham klo waktu itu start di Inggris, maksude detik pertama disepakati di kota Greenwich apa yo? Dari itu kota, kuingat ada istilah GMT atau waktu greenwich tengah, mean artinya tengah kan? padahal pernah liat film mean girl itu artinya gadis jahat, ntah tulisan mean di gmt itu apa sama ma mean yang di film atau mean di kalimat " you know  i mean..." ntah, males buka buku, search ato kamus, kan temanya nulis ngawur nih tonight.

Dari gmt itu, aku lalu paham waktu didunia ini dibagi-bagi jadi banyak, mulai bisa ngeraba kalimat orang nek cakap " disini siang di amerika malam", ya pas kecil nek ngomong soal dunia, aku ( dan teman-teman kampung ) pasti ngomongnya amerika, bukan eropa, asia, australia atau negara apa gitu, yang jelas tiap kali omong-omong ya gini " adoh seru wak, yo niru nang amerika lah" ( jauh buanget, macam pergi ke amerika gitu ), atau yang benar-benar kupikir adalah kalimat " nek kita ngeduk sumur sampe jeru, iso tembus nang amerika jarene " ( klo kita gali sumur sampe dalam, bisa tembus ke amerika katanya ), yah pokoknya klo ngomong luar negri ya amerika, negri rambo he he he. Aku lahir 1980, kira aja sendiri otakku isi apa, ada voltus ma kapten ming, ada ateam, ada he man, ada metallica dan sepultura (ini kukenal dari kaos item arek-arek gondrong di kampung, soal apa itu sepultura metalica, blas ga ngerti, intie grupmusik rock amerika), ada mekgever yang pake pisau itu, ada kit mobil item sakti, ( teve ku dulu hitam putih, liat film2 itu ya di rumah tetangga kampung sebelah, rumah'e mbah'e temenku inul, aku lupa sopo namae).


Balik soal waktu tadi, pas gede punya hp N70 aku gaya bisa tau, klo sini jam berapa, new york jam berapa, hawai jam berapa, bangkok jam berapa dll. Bisa mikir juga, itu karena mataharinya terbitnya ndak sama diseluruh dunia,jadi bisa ngerti nek dulu waktu sd guru ngomong bahwa jepang itu negri matahari terbit. Plus ketambahan islam ya jadi matahari itu terbit dari timur tenggelam di barat, nek terbit dari barat artinya itu KIAMAT.!!!!( hari ini kupikir, untuk orang indonesia, banyak kali yang mataharinya terbit dari barat di kepalanya sendiri.... alias kiamat sendiri baginya).


Lalu apa hubungan ini semua? nah beginilah isi kepalaku detik ini, gara-gara pake liat jam di komputer ada pukul 4:33 am, ya jadi gini ini, mbahas waktu !! ini hari jum'at, tanggal 24 september 2010 pukul 4 34 WIB ( ha ha ha kutulis besar biar yang penulis itu medongkol, dituturi ora nurut, he he he)


cukup sekian wassalam, saatnya nulis judul untuk tulisan semerawut ini, wassalam lagi, beres!!!!

 ama ngasih foto ding biar enak gitu nek liatnya ( emboh foto opo, karo mikir iki)




 he he he, foto orang gila di depan warung pas aku ngopi di tahun baru 2010 pagi hari, cocok wis karo tulisanku

Rabu, 22 September 2010

5 Menit KU

22 September 2010

00: 35 wib

Tak tahu apa yang mesti ku tulis yang jelas cuman ingin berhenti sejenak melepas kangen dengan komputerku ini setelah sekian lama diri dipaksa untuk melakukan banyak hal yang tak berhubungan dengan diriku sendiri....(terlalu banyak bahkan!!!), aku kangen berhenti 5 menit untuk diriku sendiri...

Hari ini....


Fisik?? Masih sakit seperti hari-hari di tahun kemarin, sudah lebih 1 tahun asam urat ini setia menemani, thank you...you're welcome!!!ha ha ha

Uang?? Just great, masih miskin, masih belum bisa pergi n beli apa-apa yang kuinginkan....so, thank you again...and you're welcome!!!2nd ha ha ha i guess

Kekasih??? Ufh, jauh panggang dari api (ntah peribahasa mana itu), still haven't found what i'm looking for..(U2 mode on), pernah sih pas di pesawat pulang dari Denpasar ke Surabaya (Juni 2010) satu seat ma Jessica anak Dili, Timor Leste ngobrol dikit ma nyanyi lagu La Isla Bonita nya Madonna, but she's gone..she's the one that i'm looking for but yeach, not mine i guess...so, still alone but not lonely today, so thank you and you're welcome!!!! 3rd ha ha ha dude..




Masa depan??? Yups, this the big question with a litlle answer...zero!!! Really really zero, not like from zero to hero, but from zero to big zero..tanya aja ma keluarga (seluruh keluarga!) and temen2ku,mereka bakal bilang " yups, medi jujur soal itu" (kupikir cuman kakakku yang di Kalimantan yang masih percaya bahwa aku bisa jadi orang someday, dan aku kira dia jauh lebih gila dari aku klo urusan ini), ha ha ha thank you again and you're welcome again for this point!!! Ha ha ha, this 4th ha ha ha yo?

but..






dari semua ha ha ha itu, saat kalian melihat hati teman-temanku, saat kalian melihat hijau tanaman beringin, bambu, keladi dan sirih ku di belakang rumah diatas sumurku, saat kalian melihat perpustakaan kecil kami Perpustakaan Bersama di rumahku, saat kalian melihat tawa anak-anak kecil dalam keluargaku, saat kalian mendengar celoteh dan curhat keponakan-keponakanku yang lucu, saat kalian melihat kejujuran dan ketulusan pandangan mata teman-temanku, saat kalian melihatku menyalakan rokokku dengan korek Zippo capricious dice biru ku, saat kalian melihat tawa temanku yang aku kagumi konsistensinya dalam kemiskinan dan kekurangan (akan kutulis kelak tentangnya), saat kalian melihat, mendengar, dan merasakan itu semua...4 tertawa itu akan kalian rasakan kejernihannya...


Makasih hidup, makasih teman, makasih semuanya

Kepada hidup, yang telah memberi begitu banyak (Dee, Supernova)

01: 01 wib

Rabu, 08 September 2010

ol ob 1

minggu, 5 September 2010 17:34 wib


To : San, Tokyo Japan


Sory agak lelet aku, kerja ngetik kemaren di deadline, so mesti ngelembur..
Soal duit 1,5 jt yang kuambil dari gondes untuk dibagi seperti intruksimu ntar kutulis panjang sebab banyak cerita yang nyenengin diproses pembagian itu, yang dilakukan ma wenty dan ibu, dirumah cak hud dan kholiq, semua pas pada ngumpul malam 25 itu..

Soal surat keterangan pindah, aku dah ke kelurahan, dan insyaallah saat you di Indonesia dah kelar bagian sanyar, tinggal ayah cerme nanti yg eksekusi surat2 disana, disini aku mesti bayar pbb, ma pengantar rt rw aja, kelurahan sanyar tutup dr tgl 9 sep s/d 13 september, besok ku bayar pbb dulu di bank jatim

Soal you yang minta usulan zakat ke siapa aku ga ngerti, tapi jika kau hendak memberi pada yang membutuhkan, aku menyarankan dengan sangat kau kasih itu Cak Wan ( Ol Ob ) tetangga kita, dia hidup sebatang kara dg istrinya, tak punya saudara ( sepanjang kudengar cerita ), masih berjualan roti tiap hari, istrinya orang baik dan tak pernah terlihat meminta atau serakah saat ada pembagian apapun, orang2 kampung cenderung menertawakan kehidupannya, bahkan cak ikun ( tetangga dempet tembok juga masih sodara ) enggan membagi air sumur dengannya sehingga mesti menggeledek ke embong dekat bogang dijam 4an pagi (pagi buta), ini berdasar cerita Richi, dan aku emang dulu pernah melihat pas pulang ngopi subuh,tp sekarang aku ga pernah liat jadi ga tau dia masih geledek banyu atau gimana?

Ini ol ob berumur 70tahunan kukira, istrinya sekitar 60an berdasar ibu memanggil mbak siapa gitu ( nek ibu manggil gitu biasanya lebih muda, kan nek manggil mbak diil dia ngomongnya ” IL ..“ sementara mbak diil manggil ibu Yuk Na )

Berapalah hasil jual roti kantin? Kupikir tak kan lebih dari 10rb to san ? untuk cak ali aja yang jual tempe, pernah ku wawancara hasilnya antara 3rb maksimal 12 rb per hari, hanya untuk beli rokok katanya

Ol ob ini ga pernah absen nek di undang selamatan san, ga pernah nyangkruk atau apa, paling terlihat ngumpul ma orang ya di momentum nyelawat orang mati, selametan, atau nek diundang sinoman lapo gitu, aktifitas ke masjid tak pernah ku dengar, jadi dia ga religius gitu tapi orang baik, sangat baik bahkan secara hubungan sosial yang ku tahu, nek misal aku punya 200 rb gitu, mending ta kasih ol ob semua daripada kubagi 2 atau empat, ya brgkali uang itu bisa buat dia beli gallon aqua, kasur, bantal, ta radio gitu, nek 50rb kuatir cuman buat beli kebutuhan sehari-hari

Hari raya si ol ob? Entahlah san, aku belum pernah bertamu ke rumahnya, mungkin tahun ini akan kusempatkan jika tak lupa ( sak kampong lor yo aku merono tok paling, liyane wegah aku )

So nek you ada mau niat berbagi gembira, mari coba bagi bahagia itu dengan ol ob sehari, 200 rb itu besar san, besar bagimu, besar bagiku, besar bagi ibu, besar bagi peking, atau temen-temen, tapi aku jamin, ol ob lah pemegang rekor dari kata besar tadi sepanjang yang ku tahu…

Banyak orang yang menderita, tapi untuk kasus ol ob, aku memang agak menoleh karena tak pernah kudengar dia mengeluh, ngerasani orang, mencampuri urusan orang, tak perlu menjilat hanya untuk mendapat sedekah…

Mungkin aku ga lengkap materialku tentang dia, ada kudengar kadang dia disuruh bapaknya prok ( samping bogang ) apa gitu, terus dikasih upah, yang kutahu setiap dia lewat didepan warung, atau pas nuntun sepeda di jalan raya ( entah ndak kuat atau apa, dulu waktu ku kecil ada kulihat dia menaikinya, sekarang ga pernah lagi, ya dituntun gitu itu yang kutahu) orang cenderung takmenganggap dia itu orang, maksudku ya lewat gitu aja kayak angina ( bukan sepoi-sepoi yang didamba orang atau taufan yang dimaki orang ), olob itu ya lewat gitu aja, ga penting gitu lho dimata orang…( cuman kadang aku, richi n gondes yang menyempatkan 5 menit membicarakan nasibnya, ya bicara tok maksudku )

Itu aja dulu, nek you tertarik ma ol ob ini ta ngobrol   gosip-gosip gitu ma ibu, atau ta mampir ke rumahnya nek you perintah ngasih duit ke dia, ni wis maghrib, waktunya yang muslim berbuka…

See you later   

Bilem