Elena in coffee

Elena in coffee
Untukmu kawan, akan ada secangkir kopi dan obrolan tanpa dusta di rumahku....

Sabtu, 18 Desember 2010

Perempuan dan Islam

Seorang temanku kemarin bertanya kepadaku “ cak Medi, kata dosenku Islam adalah agama yang memuliakan perempuan, benar ta cak? Padahal di Islam poligami dibolehkan, lalu perbuatan poligami apa yo bisa dikategorikan masuk ke memuliakan perempuan?”
Sebentar aku diam, lalu kujawab “ bukannya tak bisa kujawab pertanyaanmu itu dengan jawaban ya benar atau tidak itu salah, tapi mari kita berkeliling berputar-putar di banyak sudut lalu mungkin kau bisa memilih jawaban atas pertanyaanmu itu sendiri.”
Nah, inilah jawabanku…
Apakah Islam memuliakan perempuan? Akan banyak perdebatan disini jika kujawab langsung, dan karena ada sebuah agama kau bawa maka kemungkinan perdebatan ini menjadi “menyakitkan” adalah sebuah kemungkinan yang besar karena perbincangan untuk menilai satu hal dari agama (terlebih di Indonesia) adalah termasuk sensitif.
Gimana kalo kujawab Islam memuliakan sosok ibu. Ada perdebatan disini? Mungkin tidak, tapi mungkin juga ada tapi lebih minimal bukan? Aku tak perlu menuliskan ayat-ayat dalam Alqur’an maupun hadist-hadist umat islam tentang hal ini, tapi kukira sepanjang yang kuketahui, tak ada satu butir dalam ajaran islam yang memperbolehkan menghinakan ibu. Bahkan saat berselisih pendapat di titik yang paling fundamental pun (aqidah), paling jauh yang diijinkan oleh islam adalah meninggalkannya dengan ma’ruf atau dengan cara yang baik dalam arti tidak menyakiti baik secara fisik, verbal maupun bentuk yang lain. Apakah jawabanku ini mencukupi untukmu kawan? Ataukah belum?
Tak puas rupanya kau, kau tetap gigih menanyakan pertanyaan awal tadi rupanya. Untuk pertanyaanmu ini, aku memilih diam. Bukan berarti aku tak bisa, tapi salah satu jawabanku aku khawatir akan menyakiti kawan-kawanku, dan aku yakin jawaban ini juga akan membawa pada menyakiti teman-temanmu juga. Untuk mereka yang tidak memandang bahwa islam adalah satu-satunya kebenaran, bahwa islam adalah hanyalah sebuah tawaran jalan pemikiran, bahwa kebenaran mutlak yang didengungkan agama itu tidaklah ada tetapi bahwa kebenaran adalah dialektika, jawaban bahwa islam memuliakan perempuan adalah sebuah pandangan buta tanpa melihat realitas dan tanpa landasan berfikir yang obyektif. Adanya kebolehan lelaki untuk menikahi lebih dari satu perempuan sementara perempuan dilarang yang sebaliknya, kebolehan hak lelaki untuk melakukan tindakan fisik (pemukulan) atas perempuan (suami terhadap istri) jika dia bersalah dengan perkataan “asalkan tidak di wajah dan dengan lembut” sementara hak demikian tidak ada pada perempuan, kiranya sedikit dari contoh jawaban mereka. Dari pandangan mereka yang gigih memperjuangkan hak-hak perempuan atas sistem patriarki, akan bisa kau lihat bahwa pertanyaanmu itu akan menemui satu jawaban bulat, TIDAK!!
Sementara, bagi mereka yang meyakini bahwa kodrat lelaki adalah lebih mulia dibandingkan perempuan, mereka yang meyakini bahwa perempuan adalah diciptakan dari bagian tubuh lelaki, mereka yang meyakini bahwa kedudukan lelaki dengan perempuan memanglah demikian karena demikianlah yang mereka fahami dari teks dalam kitab suci, hadist serta riwayat orang-orang salih, dan bahkan mereka yang mengamini poligami dengan berbagai macam dalil “asalkan adil, asalkan istri rela, asalkan berniat baik untuk mengangkat derajat perempuan ke titik yang lebih baik (????)” dsb, bahwa islamlah yang melarang pembunuhan atas anak perempuan sebagai adat arab jahiliyah, serta banyak hal-hal yang senada itu, maka jawaban atas pertanyaanmu pun akan menemui satu kebulatan, IYA!!!!
Kau pun tetap kukuh menanyakan “lalu, yang benar yang mana cak? Benar atau tidak?”
Ah kawan, jawaban apa yang mesti kuberikan untukmu? Aku khawatir menyakitimu, aku takut kau menyakiti teman-temanmu lalu menjadikanmu dijauhi mereka, menjadikanmu terkucil, aku khawatir jawaban pragmatis hanya akan membawamu memanen banyak musuh, padahal aku berharap kau memiliki banyak teman agar kau bisa belajar banyak dari manusia-manusia disekitarmu, meski pelajaran itu adalah kesalahan dimana kau belajar untuk menghindarinya agar tidak ikut terjerembab.
Bukan berarti aku tak punya keyakinan, aku memilih meyakini sesuatu, dan menerima konsekuensi atas pilihanku. Aku menyukai kemanusiaan, dan segala hal yang menyelisihi memuliakan manusia, menghinakan manusia, menindas manusia, aku memilih berseberangan dengan itu.
Aku menjawab pertanyaanmu dengan jawaban “aku pribadi, tidak menilai manusia dari jenis kelamin, warna kulit, darah, bangsa ataupun yang semacam itu, tetapi nilai manusia itu terletak di perbuatannya, jika dia berbuat baik apapun dia itu, maka kebaikan pula menjadi haknya, jika dia menyakiti, merugikan yang lain apapun dia, kiranya hukumanlah yang menjadi haknya”
Terhadap mereka yang bertanya seperti pertanyaanmu tadi, mungkin bisa kita tawarkan bagaimana jika belajar melihat bahwa setiap perempuan adalah ibu, bakal ibu, bahwa kita hari ini tidak akan ada tanpa adanya ibu kita, tanpa adanya perempuan. Dengan memandang seperti itu, mungkin tanpa harus bersandar dalil-dalil kita bisa belajar menghargai mereka yang kita sebut perempuan. Kata cewek, gadis, wanita, janda, dll jika kita tanam dalam otak kita bahwa mereka adalah ibu dan bakal ibu mungkin akan membawa perubahan mendasar bagi kita untuk melihat persoalan ini. Dan untuk menjawab mereka yang setuju dan mendukung poligami, coba tanya ke mereka “ berarti kamu sepakat yo nek ayahmu kawin lagi?”……

Untuk kawan kecilku, makasih atas pertanyaannya….
( dan semoga buku Perempuan Di Titik Nol yang kau pinjam bisa bermanfaat tentunya..)